ADB - Asian Development Bank

08/22/2024 | Press release | Archived content

РЕАГИРОВАНИЕ НА ИЗМЕНЕНИЕ КЛИМАТА В АЗИАТСКО-ТИХООКЕАНСКОМ РЕГИОНЕ СДЕРЖИВАЕТСЯ НЕДОСТАТОЧНЫМ ОБЪЕМОМ ДАННЫХ

MANILA, FILIPINA (22 Agustus 2024) - Para pembuat kebijakan di Asia dan Pasifik kesulitan dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk merespons perubahan iklim, sehingga menghambat upaya penanggulangan di kawasan yang dipandang sebagai belahan dunia yang paling rentan terhadap pengaruh makin panasnya Bumi.

Sejumlah badan statistik nasional di kawasan ini menyatakan tidak punya staf yang memadai untuk menangani data iklim, sedangkan yang lain lagi menyatakan tidak punya unit khusus yang menangani data iklim, demikian menurut survei baru yang dipublikasikan hari ini oleh Asian Development Bank (ADB). Sebagian besar responden juga menyebutkan bahwa akses mereka ke banyak jenis data granular geografis hanya pada taraf "cukup", termasuk data tentang pendorong perubahan iklim, seperti penggunaan bahan bakar fosil dan emisi total gas rumah kaca. Data penting mengenai dampak terhadap ekosistem, infrastruktur, daerah geografis khusus, dan ketahanan air masih kurang.

Asia dan Pasifik menyumbang lebih dari setengah emisi gas rumah kaca global, dan mengalami dampak bencana dan risiko iklim lainnya yang lebih berat dibandingkan kawasan lain. Tanpa data berkualitas tinggi dan kemampuan untuk menganalisis data tersebut, para pembuat kebijakan di kawasan ini tidak dapat merancang langkah-langkah yang efektif dan tepat sasaran guna mengatasi penyebab dan dampak perubahan iklim-serta mengevaluasi efektivitas langkah tersebut.

"Asia dan Pasifik berada di garda terdepan perang iklim," kata Ekonom Kepala ADB Albert Park. "Gelombang panas yang mematikan dan bencana banjir besar yang kita lihat beberapa bulan terakhir menunjukkan gentingnya keadaan. Kita memerlukan data berkualitas tinggi dan kapasitas statistik yang kuat untuk menghindari titik-titik buta kebijakan dan memastikan bahwa strategi untuk mengatasi krisis iklim sudah berdasarkan informasi yang tepat. Hal ini berarti diperlukannya investasi pada sistem statistik kita, sumber daya manusia kita, dan kelembagaan kita. Biaya akibat tidak melakukan hal-hal tersebut akan jauh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk investasi ini."

Temuan survei ADB tersebut, yang mencakup 29 badan statistik nasional di Asia dan Pasifik, dirilis sebagai bagian dari Key Indicators for Asia and the Pacific 2024. Laporan tersebut menjelaskan bagaimana data dan statistik dapat berperan penting dalam mengatasi perubahan iklim.

Misalnya, memiliki data yang tepat akan memungkinkan pemantauan dampak perubahan iklim yang lebih bersifat lokal, sehingga memberikan konteks bagi respons kebijakan yang lebih efektif, yang didorong data dan berdasarkan bukti. Data granular geografis juga dapat membantu identifikasi bidang-bidang yang perlu diprioritaskan untuk kebijakan, sehingga memastikan bahwa sumber daya sudah disalurkan ke bidang yang paling membutuhkannya.

Laporan tersebut mencatat bahwa berbagai badan statistik nasional menghadapi tantangan tak hanya dari sisi keterbatasan kapasitas dan kurangnya akses ke data iklim, tetapi juga ketidakseragaman definisi dan metodologi. Saat ditanya mengenai alasan terjadinya berbagai kekurangan tersebut, responden survei menyebutkan kurangnya staf bidang teknis, terbatasnya sumber daya keuangan, kesulitan dari sisi metodologi dan teknis, kurangnya koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya, serta tidak diprioritaskannya data perubahan iklim.

Laporan tersebut menampilkan suplemen khusus yang difokuskan pada standar Pertukaran Data dan Metadata Statistik (SDMX/Statistical Data and Metadata eXchange), yang memberikan kerangka menyeluruh guna merampingkan kegiatan data yang dapat membantu berbagai perekonomian di Asia dan Pasifik dalam merancang dan melaksanakan kebijakan yang efektif, didorong data, dan berdasarkan bukti. Penerapan standar SDMX ini dapat membantu berbagai negara mengumpulkan, mempertukarkan, menganalisis, dan menyebarkan data statistik untuk membantu mengatasi perubahan iklim.

ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota-49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.