Ministry of Finance of the Republic of Indonesia

08/01/2024 | News release | Distributed by Public on 08/01/2024 01:58

Hadiri AAF, Wamenkeu Sampaikan Peran Indonesia dalam Memperkuat ASEAN

Slide 1 of 3
Slide 2 of 3
Slide 3 of 3

Hadiri AAF, Wamenkeu Sampaikan Peran Indonesia dalam Memperkuat ASEAN

Kamis

01 Agustus 2024

14.20

Jakarta, 01/08/2024 Kemenkeu - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menjadi keynote speaker dalam The 16th ASEAN and Asia Forum (AAF) di Singapura, Selasa (30/07). Acara ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh terkemuka ASEAN seperti Chee Hong Tat (Menteri Trasportasi dan Menteri Keuangan II Singapura), Dato' Onn Hafiz bin Ghazi (Menteri Besar Johor, Malaysia), Jin Liqun (Presiden Asian Infrastructure Investment Bank) dan Mr. Abhisit Vejjajiva (mantan Perdana Menteri Thailand).

Dalam acara tersebut, Wamenkeu berbicara mengenai peran Indonesia dalam memperkuat integrasi dan konektivitas di ASEAN dan Asia, serta dua sektor yang mampu mendorongnya yakni hilirisasi dan ekonomi hijau.

"Saat ini kita berada dalam kondisi dunia yang penuh dinamika. Paska pandemi Covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina, lanskap geopolitik berubah. Tidak hanya itu, disrupsi rantai pasok juga terjadi dan membuat banyak negara memikirkan strategi untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok luar negeri dan berupaya untuk menguatkan industri masing-masing," ungkap Wamenkeu.

Wamenkeu melanjutkan, Reshoring, Nearshoring, Friendshoring dan Offshoring menjadi diksi-diksi yang ramai diperbincangkan. Tiap negara dengan seksama memikirkan pilihan strategi mana yang harus diambil untuk menangani disrupsi rantai pasok dan mengamankan kepentingan domestiknya. Termasuk dengan Indonesia yang terus memikirkan cara mengatasi disrupsi rantai pasok, salah satunya dengan mendorong terciptanya nilai tambah bagi industri nasional sehingga dapat menjadi landasan percepatan transformasi perekonomian di masa depan.

"Hilirisasi menjadi salah satu gebrakan kebijakan Indonesia. Hilirasi jangan diartikan sebagai pelarangan ekspor sumber daya mineral. Namun, kebijakan ini diperuntukkan untuk menciptakan nilai tambah di sektor pertambangan mineral dan logam," jelas Wamenkeu.

Terkait dengan posisi Indonesia dalam konstelasi dunia terutama dari perspektif geopolitik dan sumber daya mineral, Wamenkeu mengatakan bahwa Indonesia terbuka untuk investor hilirisasi untuk menciptakan industri yang berbasiskan SDA mineral. Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam berlimpah, Indonesia meyakini SDA mineral memiliki peran penting di masa depan.

Selain hilirisasi, ekonomi hijau juga menjadi sektor yang dapat memperkuat integrasi dan konektivitas ASEAN.

"Indonesia sendiri sudah menunjukkan komitmen yang kuat dalam ekonomi hijau. Ini dapat dilihat dari kebijakan transisi energi dan aksi nyata Indonesia seperti Energy Transition Mechanism, Just Energy Transition Partnership, dan keikutsertaan pada COP. Tidak hanya itu, meski memiliki sumber daya alam batubara yang melimpah, Indonesia tetap membuka peluang investasi dalam early retirement PLTU berbasis batubara menuju akselerasi penggunaan energi terbarukan. Keseluruhan ini dilakukan untuk memenuhi dua janji Indonesia kepada dunia yakni mencapai target NDC pada tahun 2030 dan Net Zero Emission di tahun 2060 atau lebih cepat," pungkas Wamenkeu. (dj/al)